Tekstil Tradisional

oleh: Puji Yosep Subagiyo

Tekstil pada mulanya diciptakan untuk melindungi tubuh manusia dari gangguan cuaca atau alam disekitarnya; kemudian berkembang menjadi pelengkap dalam upacara, rumah tangga, sebagai simbol kebesaran pemakai, media ekspresi seni, dsb. Tekstil dapat memiliki banyak faset (segi) yang meliputi antropologi (sosial dan budaya), karena dapat menunjukkan tatanilai atau adat istiadat dari suatu masyarakat, atau arkeologi karena dapat melahirkan sejumlah informasi dan eksplanasi dasar pada evolusi budaya. Tekstil dapat pula menampilkan informasi teknologis karena proses pembuatannya menerapkan sejumlah tehnik, seperti: tehnik tenun dan pewarnaan. Tekstil kadangkala juga menggunakan aneka bahan, pola, corak dan ragam hias. Sebagai media ekspresi seni, tekstil yang sering kita jumpai dapat dikelompokkan dalam koleksi seni rupa (fine arts), seni rakyat (folk arts), atau seni turis (tourist arts). Sehingga tekstil itu dapat dipamerkan bersama dengan koleksi etnografi atau dengan koleksi seni rupa di galeri seni.

Atribut formal dan stilistik kain – seperti: pola, corak warna, serta pola dan  ragam hias (motif) pada tekstil – telah dapat diurutkan  secara kronologis dari jaman paling awal sampai abad modern sekarang.  Keaneka ragaman hiasan pada tekstil  Indonesia dapat dianggap memiliki keagungan, seperti perlambang yang bersifat  magis. Sedangkan warna polikromatis, beraneka struktur benang logam, manik-manik, percik logam dan kaca telah melengkapi corak dan ragam hias itu. Di lain pihak, keterkaitan atribut, baik formal, stilistik atau teknologis dipertimbangkan dapat untuk meramalkan asal dan tahun menurut keadaannya (the Conditio Post Ante Quem). Lagipula, pemahaman empiris dan teoritis untuk maksud identifikasi dan penanggalan relatif ini juga bermanfaat untuk mengetahui tata-cara pemeliharaan tekstil itu sendiri. Lihat gambar 19 dan keterangannya.

Kita yang mengunjungi suatu museum atau ke rumah seorang kolektor dapat menikmati keindahan corak warna dan hiasan yang ditampilkan tekstil, mengagumi tehnik tenun dan pewarnaan yang rumit dan unik, atau dapat mempelajari segala hal yang melatar-belakanginya. Sebagai sarana studi, kita dapat mengenali suatu kepercayaan atau keyakinan masyarakat pemakai dengan cara menguraikan dan mengartikan tanda, lambang atau simbol-simbol pada motif tekstil. Bahkan seorang ahli kimia atau konservator di museum dapat pula memanfaatkannya untuk keperluan analisa serat dan bahan-pewarna; dan kemudian ia dapat menampilkan cara pembersihan tekstil kuno yang tepat. Oleh karena itu, kita dapat menjumpai tekstil di museum-museum sejarah, museum etnologi, museum seni, museum sains dan teknologi, ataupun sebagai koleksi pribadi.

Seperti halnya barang organik pada umumnya, tekstil sangat rentan atau mudah mengalami kerusakan. Proses kerusakan tekstil dapat terjadi secara fisik ataupun kimiawi, seperti: robek, noda, pelapukan/ pembubukan dan korosi. Pengaruh lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu udara dan polusi merupakan penyebab utama terjadinya proses kerusakan itu. Kadangkala bahan pembentuk tekstil, seperti: unsur logam yang berwujud mordan atau garam logam dalam proses pencelupan, atau benang logam juga merupakan faktor internal kerusakan. Apalagi kondisi lingkungan Indonesia yang beriklim tropis, serta jenis bahan tekstil yang merupakan sumber makanan (nutrin) bagi organisme hidup telah menjadikan tekstil sebagai sasaran serangga atau jamur. Dan untuk itulah, maka kita perlu mengenal bahan dan tehnik Tekstil Indonesia guna upaya pelestariannya.

Tekstil tradisional Indonesia dapat dijumpai dalam  berbagai bentuk, kondisi, dan untuk berbagai keperluan, serta menggunakan bahan baku alam atau buatan. Sehingga perubahan struktural dan non-struktural tekstil yang diakibatkan oleh kondisi bahan (faktor internal) dan lingkungan (faktor eksternal) harus diupayakan untuk diketahui secara sistematis. Pengamatan benda itu dilakukan dengan ancangan analitik dan studi antropologi yang membahas perubahan oleh kemajuan peradaban yang begitu cepat.

Dari  ketidak-lengkapan deskripsi pada suatu koleksi, pengabaian tata-nilai,  sampai pada usaha untuk menginterpretasikan tekstil tradisional dari satu disiplin ilmu telah mempersempit peluang peran serta para ahli yang mungkin dapat berkelanjutan. Ini juga dinilai telah memperlebar jarak antar pemaham benda tekstil itu. Dengan demikian, kemahiran dan ketajaman dalam meneliti karya seni dan sejarah (connoisseurship) semakin memberikan harapan dalam proses pembuatan keputusan terhadap apa yang harus dilestarikan untuk warisan budaya itu. Akhirnya, metode pengenalan secara holistik – khususnya pemahaman tehnik dan bahan guna inventarisasi komprehensif – ditampilkan untuk maksud pelestarian substansi bagi pengarahan pada kurasi dan perlakuan perawatan secara aktual.

Alamat:
Alamat: Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510
Tel. (021) 2210 2913.  Mobile|Line|WA: 0812 8360 495
Email: primastoria@outlook.com

Tinggalkan komentar